Sunday, May 24, 2009

Ketika Dewasa

hihi...

tadi sore, saya mencoba baca buku serial Pilih Sendiri Petualanganmu, dengan judul "Dengan Balon Ke Sahara".

Bagi teman2 sekalian yang belum pernah baca, well, klik disini untuk sekedar gambaran buku ini seperti apa isinya.

Untuk judul " Dengan Balon ke Sahara ", yah, pembaca dikatakan naik balon udara. Kemudian, dari halaman pertama, sudah diberi masalah, yakni Badai...
Karena datang badai, jadi pembaca harus memilih langkah berikutnya. Pilihan tersebut akan membawa ke halaman tertentu untuk melanjutkan cerita (yang berbeda beda tergantung pilihan tindakan dari setiap masalah yang ada).

Nah... masalahnya adalah, saya ini sudah dewasa... saya memilih pilihan pilihan yang paling rasional. Dan tiba tiba saja, cerita ini, selesai hanya dalam 5 (lima) halaman. Semua tokoh selamat, dan bahkan balon itu baru terbang sampai perairan perbatasan perancis.

XD LOL.....

*dengan kata lain, saya ini kurang imajinatif dan tidak berani mengambil resiko berpetualang*

Sunday, May 10, 2009

omongan yang menjatuhkan

Saya berencana menjadi arsitek "betulan" karena itu saya membuat kartu nama... Saya mendesign nya sendiri, memilih gambar , font, dan warna nya sendiri.. sebaik mungkin semampu saya - saya buat supaya kartu nama ini bisa betul betul indah dan fungsional bersamaan, serta representatif...

Gambar yang saya pakai, adalah salah satu gambar yang saya buat, sebuah ikan dengan warna coklat - bata, yang saya tiru dari sebuah buku mengenai sushi.

Hasilnya, ya.. tentu saja menurut saya, kartu nama saya itu sangat keren. Artful *boleh dibilang begitu, setidaknya secara pribadi*. Dan saya bangga dengan nya. :)

Saya belum banyak membagi kartu nama saya ini, dan ketika saya mau beri ke salah seorang teman ibu saya, si tante ini, saya langsung jatuh seketika.

Mengapa demikian? Yah, waktu saya beri kartu itu dengan penuh kebanggaan " nih, tante, kartu nama ku, hehe" , beliau hanya melihat nya sebentar, dan kemudian langsung berkomentar " Kartu nama begini mah, gak bakal laku, hurup belakang nya kekecilan, ga keliatan apa apa buat orang tua. Paling paling langsung di kembali in ke kamu, buat apa? Cuman sok artistik, padahal informasi nya gak kebaca." dan diletakan nya kembali itu kartu ke meja.

ugh. makjleb langsung ke hati saya. Reaksi pertama saya adalah, sedih luar biasa, tersinggung, dan kemudian marah. Begitu teganya menghina karya seni saya yang sudah saya buat sepenuh hati seperti itu. Saya betul betul marah. Kemudian kemarahan saya hilang, kemudian saya sedih lagi.

Dipikir2..., tante saya itu berkata benar. Huruf di bagian belakang memang sulit terbaca untuk orang yang sudah berumur diatas 30 tahun (40 tahun lah), karena saya ingat, bapak ibu saya juga tidak bisa baca, tulisan nya apa di belakang kartu (hanya saja, mereka tetap memuji gambar ikan dan komposisi kartunya).

Langsung lah saya minder, minder berat... saya langsung mengurungkan niat mau membagikan kartu nama itu ke teman2 ibu saya yang lain. PD saya langsung hilang... *sigh*

Tapi kemudian saya teringat ramalan horoskop dari teman saya beberapa waktu lalu... saya tidak ingat kalimat pastinya bagaimana, tapi ini yang saya tangkap :
"penting untuk mendengar dan menerima berbagai pendapat orang lain tentang diri kamu, tapi tidak harus selalu mengikutinya, karena dengan mengikuti pendapat2 itu, malah akan menghancurkan diri sendiri"

Di seminar kemarin dikatakan, bahwa manusia tidak suka di kritik... begitu pula saya, saya tidak senang di kritik.

Dengan kombinasi ingatan saya *yang kacau balau* tentang hal tersebut, saya tersadar, kartu nama saya memang tidak sufficient untuk orang bermata minus atau plus tanpa mengenakan kacamata, sedangkan kartu nama saya dicetak sebanyak 500 lembar (dan saya tidak suka buang buang sumber daya alam terutama kertas secara sia sia), tapi saya juga tetap ingin membagikan nya,

karena itu saya putuskan, saya akan selalu membawa pena permanen untuk menulis ulang nomor telepon saya di bagian belakang kartu, jika memberikan nya kepada orang yang telah berumur. haha.. :)))

btw, ini kartu saya ...

bagian muka

Tentunya hanya jika orang yang saya kasih kartu itu, terlihat menyipitkan mata untuk membaca lebih jelas, atau kalau dia bertanya soal informasinya , kalau tidak, wah, bisa ganti tersinggung calon pengguna jasa saya tersebut. haha :D

ngomong ngomong, karena merasakan tajamnya dikritik seperti itu *sadis bo, kritikannya*, saya jadi teringat ... saya juga sering mengkritik orang, kebanyakan mengenai sketsa arsitektur.

Saya pakai konteks "bagus", "biasa" dan "jelek", saya sering kali mengatakan "biasa" ketika mengomentari gambar teman2 saya. Dan saya tersadar sekarang, mungkin mereka merasa sedih dan marah karena nya , sama seperti yang saya rasakan kemarin, waktu di kritik soal kartu... :(

ugh.. bagi yang pernah saya bilang "biasa" buat gambar yang kalian buat, saya mohon maaf ya... saya jujur, gambar kalian itu memang "biasa" untuk saya, tapi saya tidak bermaksud membuat kalian sedih. Ugh.