Habbit masyarakat indonesia kebanyakan...
... adalah : MENONTON BENCANA
begitulah kira kira ....
Gempa di Yogyakarta, jadi tontonan....
Danau Situ Gintung, juga jadi tontonan....
kalau bencana nya cukup besar *bencana alam yang makan korban puluhan atau ratusan orang, dan kondisi wilayah yang kacau balau bangunan de el el* suasana nya akan bener bener mirip Dufan.
Saya tidak tau persis waktu Tsunami Aceh dulu seperti apa. Mungkin tidak ada penonton nya, karena bencana melanda hampir seluruh wilayah Aceh waktu itu.
Untuk Gempa Bantul, waktu saya menemani orang2 NGO untuk survey bantuan air bersih, sepanjang jalan, tidak jarang saya melihat sekelompok orang, bahkan keluarga *lengkap dengan anak kecil* sibuk motret motret reruntuhan.
Mereka jelas bukan NGO , pun bukan relawan... *sigh*
Sementara Bencana Danau Situ Gintung, jelas jelas diberitakan di televisi, suasana nya sudah seperti Ancol, keluarga berdatangan. sekedar untuk "Melihat lihat" lengkap dengan pedagang makanan dan minuman ringan yang mengaku mendapat keuntungan berkali lipat dengan berjualan di *tempat wisata bencana* tersebut.
Bagaimana dengan "bencana kecil" ? well, misalkan ada kecelakaan lalu lintas, saya belum pernah melihat kecelakaan lalu lintas yang sepi penonton. Apalagi kalau melibatkan *maaf* darah dan korban yang banyak, akan semakin banyak pula penontonnya.
Kira kira, mengapa bisa begitu?
Well, saya pikir, tujuan orang orang itu "menonton" lokasi bencana, adalah murni untuk betul betul "melihat lihat" , karena dengan melihat2 itu, mereka jadi punya "bahan cerita" .
Mereka bisa bercerita "iya, tadi gue ngeliat kecelakaan di tol, gila darahnya banyak banget, trus korban nya ada 8 orang" atau "iya, itu jembatan nya putus gitu, serem deh, trus ada banyak banget mayat diatas batu batu gitu" de el el.
huff... mbok ya datang buat nolong gitu lho.. apa jadi relawan di rumah sakit.. mending tidur saja dirumah, ketimbang "nonton bencana" ...
*geleng geleng*
Sunday, March 29, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment